| |
Publik kini sedang menanti tindakan kementerian kesehatan yang diwajibkan Mahkamah Agung (MA) untuk mengumumkan susu formula yang mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii. Selain Sakazakii, ternyata masih ada bakteri lain yang bisa mencemari susu formula. Kontaminasi Enterobacter Sakazakii terungkap dalam sebuah penelitian di Institut Pertanian bogor (IPB) yang dipublikasikan tahun 2008. Penelitian tersebut mengungkap ada 22 sampel susu formula yang beredar antara tahun 2003-2006 yang mengandung Enterobacter Sakazakii dalam kadar 22,73 persen. Buntut dari penelitian tersebut, menteri kesehatan dituntut oleh konsumen bernama David Tobing yang meminta susu yang tercemar tersebut diumumkan. Gugatan David Tobing menang di Pengadilan dan juga menang di MA. Rencananya untuk menindaklanjuti keputusan MA, Menteri Kesehatan akan memberikan penjelasan pada Kamis ini (10/2/2011). Pada manusia yang memiliki daya tahan tubuh kurang baik, infeksi Enterobacter Sakazakii dapat memicu berbagai gangguan kesehatan yang cukup serius dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Di antaranya meningitis, infeksi pada aliran darah dan inflamasi atau radang di saluran pencernaan. Meskipun demikian, dampak serius dari infeksi tersebut sangat jarang terjadi pada manusia. Dikutip dari Dairyreporter, Kamis (10/2/2011), Center for Disease Control and Prevention mencatat hingga tahun 2004 hanya ada 60 kasus di seluruh dunia yang berakibat fatal. Sebagian besar dari kasus tersebut terjadi pada bayi usia kurang dari 5 pekan, sementara risiko paling tinggi dialami oleh bayi yang lahir prematur atau yang memiliki berat badan rendah. Meski infeksi Enterobacter Sakazakii jarang terjadi, risiko kematian pada yang terinfeksi cukup tinggi yakni antara 33-80 persen. Sementara itu dikutip dari Microbiologyprocedure, Enterobacter Sakazakii bukan satu-satunya jenis bakteri yang bisa mencemari susu formula. Sejak diperah dari ambing (puting) binatang, susu bisa terkontaminasi oleh berbagai jenis bakter antara lain sebagai berikut: 1. Staphylococcus aureus Bakteri ini merupakan pemicu utama gastroenteritis atau radang lambung dan ditularkan oleh binatang melalui susu segar. Binatang yang mengalami mastitis atau radang ambing akan menghasilkan susu yang terkontaminasi jika saat diperah ambingnya tidak dicuci terlebih dahulu. 2. Streptococcus cremoris Secara alami, bakteri ini bisa ditemukan dalam jumlah sedikit dalam susu segar karena berfungsi menghambat bakteri patogen (merugikan) dengan cara menghasilkan asam laktat. Namun dalam jumlah banyak, pada manusia bakteri ini bisa memicu radang tenggorokan, radang amandel (tonsilitis) serta radang paru-paru (pneumonia). 3. Mycobacterium spp Salah satu bakteri yang termasuk dalam kelompok Mycobacterium adalah bakteri penyebab tuberculosis (TBC) yakni M.tuberculosis. Namun TBC yang ditularkan oleh susu tidak disebabkan oleh M.tuberculosis melainkan oleh M.avium yang masih satu kerabat. Kontaminasi Mycobacterium cukup sering terjadi, sebab 68 persen susu segar di Amerika Serikat yang belum melalui proses pengolahan juga tercemar olehnya. Bahkan di Inggris dan wales, 7 persen susu segar yang sudah diolah (pasteurisasi) masih mengandung bakteri ini. 4. Pseudomonas sp Bakteri ini biasanya hanya ditemukan dalam susu segar yang belum diolah, namun susu pasteurisasi juga bisa tercemar akibat rekontaminasi dengan susu mentah. Meski tidak terlalu membahayakan, bakteri ini dapat menurunkan kualitas susu karena bersifat menguraikan protein. Fungsi alami dari bakteri yang juga ditemukan dalam daging dan bahan makanan lain ini adalah mempercepat pembusukan. Susu atau bahan makanan yagn terkontaminasi baktyeri ini biasanya tampak memiliki lapisan berlendir. 5. Serratia marcescens Meski lebih jarang dibanding Staphylococcus aureus, bakteri Serratia marcescens juga bisa menyebabkan mastitis atau radang pada ambing binatang. Susu yang tercemar bakteri ini biasanya berwarna merah dan bisa memicu infeksi pada saluran pencernaan, kencing dan pernapasan. |
Kamis, 10 Februari 2011
Bakteri-bakteri yang Bisa Mencemari Susu Formula
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar